Jakarta - Masalah daya beli masyarakat akan software asli menjadi faktor penting dalam kelancaran bisnis Microsoft di tanah air. Meskipun begitu, untuk software Microsoft yang berstatus 'impor' alias berskala internasional harganya tak bisa lagi diubah.
Demikian ditegaskan Presiden Direktur Microsoft Indonesia Tony Chen dalam konferensi pers yang berlangsung di Hotel Shangrila -- Jakarta -- Kamis (14/8/2008).
Tony mengatakan, faktor daya beli memang menjadi tantangan perusahaannya untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Bahkan untuk masalah harga ini sudah dibawa sampai ke kantor pusat Microsoft di Redmond, Amerika Serikat.
Sayangnya, meski sudah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat 'merindukan' harga software legal yang sangat terjangkau, namun realisasi memberikan software murah bagi kantong masyarakat tak bisa seenaknya dilakukan.
Sebab, kata Tony, selain dapat menimbulkan rasa cemburu dari negara lain, diturunkannya harga software juga akan berimbas ke faktor lainnya.
Pun demikian, lanjut Tony, Microsoft bukannya tak memberi solusi. Sebab, perusahaan software terbesar di dunia ini juga menyediakan harga khusus yang tentunya lebih 'miring' bagi software-software yang sifatnya 'lokal' alias yang berbahasa Indonesia.
"Misalnya Windows Start Edition. Namun untuk yang berbahasa Inggris tak bisa sembarang diturunkan karena di setiap negara harganya sama. Jadi penetapan harga tergantung dari kategori produk, ada yang internasional dan localized," tandasnya.
Selain itu untuk menyiasati hal ini, Microsoft coba memberi kemudahan bagi para customer dengan menyediakan beragam program penjualan dan pembayaran. Mulai dari financing program hingga cicilan dengan bunga nol persen.
Kamis, 14 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar